Sabtu, 23 April 2011

Tiga Letusan Gunung Berapi Terbesar di Indonesia


Seperti yang kita tahu, Indonesia terletak di sabuk gunung berapi dunia (mungkin kalian bisa baca post sebelumnya untuk informasi). Terdapat tidak kurang dari 127 gunung berapi yang terletak di Indonesia, yang beberapa di antaranya masih aktif.

Dengan banyaknya gunung berapi, tidak heran bila sebagian letusan gunung terbesar yang pernah terjadi selama sejarah terjadi di Indonesia.

Berikut ini adalah 3 letusan gunung berapi yang terjadi di Indonesia dan telah lama dikenal oleh dunia karena kekuatannya yang sangat besar.
3. Krakatau
Krakatau adalah sebuah pulau vulkanis yang terletak di Selat Sunda, yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Nama itu digunakan untuk menamai kepulauan tersebut, dengan pulau utamanya yang bernama Rakata, dan juga untuk menamai gunung berapi tersebut.


Sejarah mencatat bahwa Krakatau pernah meletus pada tahun 416, 535, 850, 950, 1050, 1150, 1320, and 1530 dan 1680 Masehi. Letusan Krakatau pada tahun 535 dicurigai sebagai penyebab terjadinya perubahan iklim pada tahun 535-536.

Namun, Krakatau dikenal oleh seluruh dunia bukan karena letusan pada tahun 535 ini.

Beberapa waktu sebelum tahun 1883, aktivitas vulkanis di gunung Krakatau mulai meningkat, dengan ditandai oleh serangkaian letusan.

20 mei 1883, Krakatau mulai meletus. Kali ini Krakatau mengeluarkan abu yang mencapai ketinggian 6 km. Suara letusan dapat terdengar hingga ke Jakarta (atau New Batavia) yang berjarak 160 km dari Krakatau. Krakatau kemudian “tidur” kembali pada akhir Mei hingga pertengahan Juni.

Letusan terjadi lagi pada 16 Juni, dimana Krakatau mengeluarkan awan hitam yang menutupi pulau selama 5 hari. Pada 25 Agustus, Krakatau mulai menunjukkan tanda akan meletus lagi.

Pada 26 Agustus jam 13:00, Krakatau meletus dan mengeluarkan abu yang mencapai ketinggian 27 km. Tsunami yang tergolong kecil melanda pulau Jawa dan Sumatera seiring dengan letusan ini.Ilustrasi letusan Krakatau

Puncaknya, pada tanggal 27 Agustus 1883, terjadi 4 letusan pada pukul 05:43, 06:44, 10:02, dan 10:41 waktu setempat. Suara letusan krakatau dapat terdengar hingga jarak 4.800 km. Letusan ini juga diikuti dengan tsunami yang dikatakan mencapai 30 meter tingginya.

Dalam skala VEI (Volvanic Explosity Index atau Indeks Letusan Gunung Berapi), letusan Krakatau mencapai angka 6 dari maksimal 8. Letusan ini setara dengan 200 megaton TNT, atau 13000 kali lebih kuat dibandingkan dengan bom atom yang meledak di Hiroshima.

Letusan Krakatau menghancurkan 165 kota dan desa di Jawa dan Sumatera, menewaskan sekitar 36.417 orang, sebagian besar karena tsunami. Letusan ini juga menghancurkan 2/3 pulau Krakatau.
2. Tambora
Tambora adalah gunung berapi aktif yang terletak di pulau Sumbawa, provinsi Nusa Tenggara Barat. Gunung ini adalah bagian dari busur Sunda, tali dari kepulauan vulkanik yang membentuk rantai selatan kepulauan Indonesia.

Berdasarkan penelitian, Tambora pernah meletus sebanyak 3 kali, tetapi tidak diketahui seberapa besar letusan tersebut. Ketiga letusan tersebut terjadi pada tahun 3910 SM, 3050 SM, dan 740 SM. Setelah letusan itu, gunung ini tidur selama beberapa abad.

Sampai akhirnya dia terbangun di abad 19.

Pada tahun 1812, Tambora muulai bergemuruh dan menghasilkan awan hitam. 3 tahun berikutnya, tepatnya pada 5 April 1815, erupsi terjadi, diikuti dengan suara gemuruh yang terdengar hingga Ternate (1400 km dari Tambora). 6 April 1815, abu gunung Tambora mencapai Jawa Timur.

Puncaknya pada jam 7:00 malam tanggal 10 April 1815, Tambora meletus dengan dahsyat. Batuan apung dengan diameter 20 cm mulai menghujani daerah sekitar Tambora. Abu letusan tersebut mencapai Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.
Daerah yang terkena abu Tambora

Letusan ini masuk dalam skala 7 VEI, dan diklaim merupakan letusan terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah. Sebelum letusan, gunung Tambora memiliki tinggi 4300 meter, dan merupakan puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan, tinggi Tambora menjadi “hanya” 2900 meter.

Sebagian besar abu letusan Tambora jatuh kembali ke bumi, menghujani daerah sekitar dan menghancurkan desa Tambora. Namun, sebagian abu tidak jatuh dan dibawa angin mengelilingi bumi.

Abu tersebut menghalangi sinar matahari yang hendak masuk ke bumi. Alhasil, panas dari sinar matahari tersebut tidak mencapai bumi, sehingga suhu di bumi turun. Tahun 1816 pun dikenal dunia sebagai ‘tahun tanpa musim panas’. Di seluruh dunia terjadi gagal panen karena banyak tanaman pokok seperti padi dan gandum mati. Wabah kelaparan pun terjadi dimana-mana.

Tambora telah membunuh setidaknya 100.000 orang ketika ia meletus dan membuat tidak adanya musim panas di dunia pada tahun berikutnya.

1. Super Volcano Toba

Siapa yang tidak tahu Danau Toba? Danau yang terletak di Sumatera Utara ini adalah danau terbesar di Indonesia.

Tapi, tahukah kalian kalau Danau Toba dulunya merupakan bekas kaldera terbesar di dunia? Kaldera biasanya terbentuk oleh bekas runtuhan sebuah gunung yang telah meletus. Jika kalderanya saja sebesar danau Toba, seberapa besar gunung yang dapat membentuk kaldera seperti itu?

Beberapa juta tahun yang lalu, tempat dimana danau Toba berada sekarang merupakan sebuah super volcano. Dinamakan super volcano karena Toba memiliki kantong magma yang ukurannya sangat besar. Semakin banyak magma yang terdapat di dalam kantong tersebut, maka semakin besar pulalah tekanannya. Tekanan yang besar dari magma ini akan menghasilkan letusan yang amat besar.
Wilayah yang tertutupi oleh lava Toba
Gambar ini menunjukkan daerah yang dilalui oleh lava dari gunung Toba (warna merah). Total wilayah yang tertutupi oleh lava mencapai 20.000 kilometer persegi.

Dari tulisan saya diatas, Tambora dapat menurunkan suhu di bumi dengan menghasilkan tahun tanpa musim panas. Bagaimana dengan Toba? Seberapa besar dampak yang dihasilkan kepada bumi? Perbandingan letusan Toba

Apabila letusan seperti Toba terjadi sekarang, suhu bumi diperkirakan akan turun hingga 9.4°C di bawah normal pada tahun pertama letusan Toba. Kemudian, 10 tahun setelah letusan suhu menjadi 1.8°C di bawah normal.

Saat letusan Toba terjadi, diperkirakan hanya 10.000 orang yang selamat di seluruh dunia. Bisa dibayangkan banyaknya korban yang ditimbulkan oleh letusan ini. Dan apabila letusan ini terjadi sekarang, setidaknya 40-50% populasi manusia akan menjadi korban (sekitar 3 miliar jiwa).

Ok, kayaknya cukup buat posting ini. Butuh waktu lama untuk nyusunnya, kurang lebih seminggu (buset).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar