Sabtu, 23 April 2011

Blog EntrySuper Vulcano, Dua diantaranya di Indonesia.Nov 25, '09 8:27 AM
for everyone
Dua diantaranya ada di Indonesia dan Krakatau dibanding dengan Super Vulcano tersebut belum ada apa-apanya.
Tapi karena Krakatau meletus di saat dunia sudah modern, maka catatan sejarah mengenai Krakatau lebih banyak ketimbang Super Vulcano yang meletus ribuan tahun sebelumnya.

Jadi jangan heran kalo pulau-pulau di Indonesia terbentuk dari gunung api.
Mulai dari Pulau Sumatra, Jawa Nusa Tenggara, Maluku Sulawesi dan terus ke Philipina, Taiwan, Jepang, Siberia, Alaska, Amerika Utara hingga Amerika Selatan dan seterusnya hingga menjadi Pegunungan yang berderet berdasarkan lempeng bumi sepanjang pasifik atau lebih dikenal dengan istilah "Ring of Fire".


Ring Of Fire




Gunung Toba, Sumatra, Indonesia
Gunung Toba adalah super volcano yaitu gunung aktif dalam kategori sangat besar, meletus terakhir sekitar 74.000 tahun lalu yang kini hanyalah sebuah danau yaitu Danau Toba, Sumatra Utara, Indonesia yang merupakan bekas kaldera terbesar di dunia.

Bukti Ilmiah
Pada tahun 1939, geolog Belanda Van Bemmelen melaporkan, Danau Toba, yang panjangnya 100 kilometer dan lebarnya 30 kilometer, dikelilingi oleh batu apung peninggalan dari letusan gunung. Karena itu, Van Bemmelen menyimpulkan, Toba adalah sebuah gunung berapi. Belakangan, beberapa peneliti lain menemukan debu rhyolit yang seusia dengan batuan Toba di Malaysia, bahkan juga sejauh 3.000 kilometer ke utara hingga India Tengah.

Beberapa ahli kelautan pun melaporkan telah menemukan jejak-jejak batuan Toba di Samudra Hindia dan Teluk Bengal. Para peneliti awal, Van Bemmelen juga Aldiss & Ghazali (1984) telah menduga Toba tercipta lewat sebuah letusan maha dahsyat. Namun peneliti lain, Vestappen (1961), Yokoyama dan Hehanusa (1981), serta Nishimura (1984), menduga kaldera itu tercipta lewat beberapa kali letusan. Peneliti lebih baru, Knight dan sejawatnya (1986) serta Chesner dan Rose (1991), memberikan perkiraan lebih detail: kaldera Toba tercipta lewat tiga letusan raksasa.

Penelitian seputar Toba belum berakhir hingga kini. Jadi, masih banyak misteri di balik raksasa yang sedang tidur itu. Salah satu peneliti Toba angkatan terbaru itu adalah Fauzi dari Indonesia, seismolog pada Badan Meteorologi dan Geofisika. Sarjana fisika dari Universitas Indonesia lulusan 1985 ini berhasil meraih PhD dari Renssealer Polytechnic Institute, New York, pada 1998, untuk penelitiannya mengenai Toba.

Berada di tiga lempeng tektonik
Letak Gunung Toba (kini: Danau Toba), di Indonesia memang rawan bencana. Hal ini terkait dengan posisi Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni Aurasia, Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Sebanyak 80% dari wilayah Indonesia, terletak di lempeng Aurasia, yang meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Banda.

Lempeng benua ini hidup, setiap tahunnya mereka bergeser atau menumbuk lempeng lainnya dengan jarak tertentu. Lempeng Aurasia yang merupakan lempeng benua selalu jadi sasaran. Lempeng Indo-Australia misalnya menumbuk lempeng Aurasia sejauh 7 cm per tahun. Atau Lempeng Pasifik yang bergeser secara relatif terhadap lempeng Aurasia sejauh 11 cm per tahun. Dari pergeseran itu, muncullah rangkaian gunung, termasuk gunung berapi Toba.

Jika ada tumbukan, lempeng lautan yang mengandung lapisan sedimen menyusup di bawahnya lempeng benua. Proses ini lantas dinamakan subduksi atau penyusupan.

Gunung hasil subduksi, salah satunya Gunung Toba. Meski sekarang tak lagi berbentuk gunung, sisa-sisa kedasahyatan letusannya masih tampak hingga saat ini. Danau Toba merupakan kaldera yang terbentuk akibat meletusnya Gunung Toba sekitar tiga kali yang pertama 840 juta tahun lalu dan yang terakhir 74.000 tahun lalu. Bagian yang terlempar akibat letusan itu mencapai luas 100 km x 30 km persegi. Daerah yang tersisa kemudian membentuk kaldera. Di tengahnya kemudian muncul Pulau Samosir.

Letusan
Sebelumnya Gunung Toba pernah meletus tiga kali.

  • Letusan pertama terjadi sekitar 840 juta tahun lalu.

  • Letusan ini menghasilkan kaldera di selatan Danau Toba, meliputi daerah Prapat dan Porsea

  • Letusan kedua yang memiliki kekuatan lebih kecil, terjadi 500 juta tahun lalu. Letusan ini membentuk kaldera di utara Danau Toba.

  • Tepatnya di daerah antara Silalahi dengan Haranggaol. Dari dua letusan ini, letusan ketigalah yang paling dashyat.

  • Letusan ketiga 74.000 tahun lalu menghasilkan kaldera, dan menjadi Danau Toba sekarang dengan Pulau Samosir di tengahnya.

Gunung Toba ini tergolong Supervolcano. Hal ini dikarenakan Gunung Toba memiliki kantong magma yang besar yang jika meletus kalderanya besar sekali. Volcano kalderanya ratusan meter, sedangkan Supervolacano itu puluhan kilometer.

Yang menarik adalah terjadinya anomali gravitasi di Toba. Menurut hukum gravitasi, antara satu tempat dengan lainnya akan memiliki gaya tarik bumi sama bila mempunyai massa, ketinggian dan kerelatifan yang sama. Jika ada materi yang lain berada di situ dengan massa berbeda, maka gaya tariknya berbeda. Bayangkan gunung meletus.
Banyak materi yang keluar, artinya kehilangan massa dan gaya tariknya berkurang. Lalu yang terjadi up-lifting (pengangkatan). Inilah yang menyebabkan munculnya Pulau Samosir.

Magma yang di bawah itu terus mendesak ke atas, pelan-pelan. Dia sudah tidak punya daya untuk meletus. Gerakan ini berusaha untuk menyesuaikan ke normal gravitasi. Ini terjadi dalam kurun waktu ribuan tahun. Hanya Samosir yang terangkat karena daerah itu yang terlemah. Sementara daerah lainnya merupakan dinding kaldera.




Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
Gunung Tambora terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, tepatnya pada 8°25' LS dan 118° BT. Gunung ini termasuk gunung berapi aktif, dengan ketinggian puncak 2.850 meter.

Letusan
Letusan terdahsyat sepanjang sejarah manusia modern.
Pada tanggal 10 April 1815, Gunung Tambora meletus, memuntahkan magma hingga 100 km³, melepaskan 400 km³ debu ke angkasa hingga 44 km dari permukaan tanah
Korban letusan langsung: 117.000 korban jiwa dari tiga Kerajaan, Tambora, Pekat dan Sanggar.
Lontaran abu sejauh 1300km.
Radius suara letusan: 2600km
Endapan aliran piroklastik: 7-20m
Tsunami sepanjang pantai sejauh 1200km, tinggi 1-4m, di Maluku Tsunami hingga 2m

Pada tahun 1816, akibat letusan tersebut, suhu permukaan bumi menurun menyebabkan pendinginan global.

Tahun ini dikenal pula sebagai "Tahun tanpa musim panas". Perubahan cuaca yang drastis ini menyebabkan penyebaran wabah penyakit dan kelaparan akibat gagal panen di seluruh dunia. Letusan Gunung Tambora paling tidak berdaya empat kali lipat dari letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.

Pada saat letusan terjadi, beberapa orang Belanda yang berada di Surabaya mencatat dalam buku hariannya mengaku mendengar letusan tersebut, juga beberapa orang di benua Australia bagian Barat Laut. Mereka mengira itu hanyalah suara gemuruh guntur karena tiba-tiba muncul awan mendung yang membuat redupnya sinar matahari. Namun mereka tidak yakin karena yang mereka yakini awan, ternyata adalah asap dan debu vulkanis.
Dan yang turun ke bumi bukanlah air melainkan debu dan kerikil kecil. Letusan Gunung Tambora merupakan letusan gunung terdahsyat sepanjang masa yang pernah tercatat.

Pada saat gunung Tambora meletus, daerah radius kurang lebih 600km dari gunung Tambora gelap gulita sepanjang hari hampir seminggu lamanya, letusan yg terdengar melebihi jarak 2000km dan suhu Bumi menurun hingga beberapa derajat yg mengakibatkan bumi menjadi dingin akibat sinar matahari terhalang debu vulkanis selama beberapa bulan.
Sehingga daerah Eropa & Amerika Utara mengalami musim dingin yg panjang. Sedangkan Australia dan daerah Afrika Selatan turun salju di saat musim panas.

Bahkan di Eropa selama setahun lebih matahari tidak menyinari dengan maksimal, tertutup awan vulkanis dari gunung Tambora yang dikenal didunia dengan istilah "A Year Without Summer" yang menyebabkan ribuan manusia di Eropa kelaparan, kedinginan dan jatuh korban meninggal hingga 5000 orang lebih. Jadi kalo Karakatau? itu gak seberapa dibanding gunung Tambora.

Kawah
Begitu dahsyatnya letusan Gunung Tambora dapat dilihat dari bekas/sisa pecahan puncak gunung tersebut pada saat ini yang berbentuk kaldera. Lebar kaldera dari hasil ledakan, berdiameter kurang lebih 8 kilometer dan mempunyai kedalaman kurang lebih 5,6 kilometer dari bibir kawah teratas. Sisa kawah kaldera pada Gunung Tambora pada saat ini merupakan kaldera paling besar yang masih aktif di dunia.


Salah satunya Super Vulcano yg ada di Amerika adalah Yellow Stone


Yellow Stone, Atlanta, USA

Bahkan di beberapa catatan dan bukti sejarah yg terdapat dalam gua dan sejenisnya yg telah diteliti oleh para saintis, pada ratusan ribu tahun lalu di beberapa titik perjalanan sejarah manusia modern, bahwa Homo Sapiens hampir punah akibat beberapa gejala alam tersebut hingga manusia hanya tinggal beberapa ribu saja yg dapat bertahan.

Super Vulcano tidak pernah diam, walaupun terlihat pasif dan tenang, di dalam Super Vulcano magma tetap aktif.
Jadi suatu saat ke depan Super Vulcano pasti akan meletus lagi.
Tapi walau letusannya maha dasyat, namun jarak letusannya ratusan ribu tahun kemudian.

Jadi gak usah bingung kalo di Indonesia sering terjadi gejala alam, udah dari dulu memang begini.
Karena yg kita duduki ini sebenarnya adalah gunung-gunung api aktif yang menyembul keatas permukaan laut menjadi daratan tempat kita berpijak.

Dan ditambah karena adanya pergeseran lempeng vulkanik yg juga dari awal terbentuknya sebuah daratan luas yg kemudian berpencar hingga membentuk benua-benua spt sekarang, dan akan bergerak terus sampai akhir hayat.

Pada saat lempeng vulkanik bergerak di salah satu sisinya (spt gempa di Aceh yg menghasilkan Tsunami) maka sisi-sisi yg lain akan terus mengikuti pergeseran tsb hingga lempeng itu stabil kembali.
Itu sebabnya setelah gempa Aceh, disusul loeh gempa-gempa lainnya di seluruh lempeng.

Agar lempeng vulkanis stabil harus terjadi gempa, lamanya kuantitas gempa bisa puluhan tahun kedepan. Jadi juga jgn bingung kalo gempa-gempa akan terus menyusul beruntun utk beberapa puluh tahun kedepan.
Setelah lempeng vulkanik stabil, intensitas gempa akan sangat berkurang.
Dan kestabilannya dapat terjadi beberapa puluh tahun hingga ratusan kedepan, dan kemudian terjadi gempa-gempa beruntun lagi utk masa beberapa puluh tahun.... begitu seterusnya...

Jadi memang udah apes aja kita di zaman ini kena giliran penstabilan lempeng yg mana sebelumnya aman selama beberapa puluh tahun hingga ratusan tahun lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar