Rabu, 22 Agustus 2012

Balai Kota Malang

Image hosted by Photobucket.com
Lambang Kota Malang Era Kolonial


Lambang Kota Malang Kini

Balai Kota Malang 
Balai Kota Malang



Alun-alun kota malang



Tugu Kota Malang
tugu kota malang



Mesjid Agung Kota Malang


Perpustakaan Kota Malang


Alun alun Kota Malang














UNIVERSITAS NEGERI MALANG
  

Universitas Negeri Malang, Gerbang Utama















UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Berkas:Logo umm.png  

  









kalender biologi22



maiii_chaMpusss


Perpustakaan UMM


Maket Rumah Sakit UMM


Hotel Pendidikan UMM Inn








Univ Muhammadiyah Malang DOME






Mesjid K.H. AR FACHRUDDIN Univ Muhammadiyah Malang








SEJARAH BALAI KOTA MALANG






Bangunan kuno-bersejarah di Kota Malang Banyak yang menyebutkan bahwa awal kehancuran Kota Malang yang dirancang dan bibangun pemerintah (Gemeente), terjadi pada saat agresi ke dua sekitar tahun 1948. Kota yang tertata rapi dengan hiasan taman dan bunga akhirnya hancur setelah peperangan. Bahkan pada awal abad ke-20, Kota Malang sering disebut sebagai kota musim bunga bagi orang Eropa. (Handinoto, 2004:22) Di Kota Malang, bangunan-bangunan kuno-bersejarah yang masih ada dan belum mengalami banyak perubahan antara lain: Bundaran Air Mancur (Bundaran Tugu) [1905] dan SMA Tugu [1914]; Bangunan Kembar pada perempatan Raja Bally [1914]; Setasiun Kereta Api [1917]; Tugu Nasional bunderan Tugu [1950]; SD Santa Maria (Nutrale eur Lagare School) [1914]; SMP Santo Josep [1900-an]; Hotel Pelangi [1915]; Toko OEN [1914]; Klenteng Toa Pek Tong [1900-an]; Alun-alun Kota Malang [1800-an ditetapkan sebagai alun-alun 1914]; Gedung Bank Indonesia [1916]; Gedung SMU Tugu Malang (Lyceum HBS School) [1914]; Gedung Santa Maria [1900-an]; Masjid Jamik [1824]; Gedung Kantor Kas Negara (Besturskantoor met Laskas En Trouwzaal) [1882]; Rumah Sakit Sawahan (R.K Zienkenhuis) [1929]; Gereja R.K Kathedral di kawasan Ijen Boulevard [1900]; Kolam Renang (Gemeentelijk Zwembad Sportpark) [1934 selesai renovasi 1937]; Gedung SMP Kristen (Christ MULO School) [1900-an]; Maconnieke Loge (sebelum menjadi hotel sebagai RRI Malang) [1900-an]; Jembatan Brantas [1914]; Gedung Sekolah Cor Jesu (Zuster School) [1900-an]; Gereja Katholik Hati Kudus Yesus [1887]; Gedung Balaikota [1905]. Bangunan yang hilang atau dibongkar adalah Societit Concordia (tempat berdansa dan bermain sepatu roda) yang menjadi perbelanjaan Sarinah, serta Hotel M&M, dan apotik tertua yang sekarang menjadi Kantor BCA di Jalan Basuki Rahmat. Di samping itu, masih juga terdapat beberapa bangunan-bangunan rumah tinggal yang masih bertahan di kawasan yang menggunakan nama jalan gunung-gunung (Bergenbuurt) meliputi perumahan tipe besar dan jenis Villa, kawasan yang menggunakan nama jalan pahlawan-pahlawan (Orangebuurt), dan di kawasan yang menggunakan nama jalan pulau-pulau (Eilandenbuurt) untuk perumahan kelas menengah ke bawah. 

Selasa, 21 Agustus 2012

Sepanjang Jalan Braga

          Jalan Braga           

Jalan Braga merupakan jalan yang dulunya merupakan tempat berkumpulnya kolonial Belanda untuk sekedar shopping atau pamer apa yang mereka punya dan kemudian menjadi cikal bakal sebutan Parisj van Java untuk Kota Bandung. Tapi sekarang menjadi salah satu icon Kota Bandung yang wajib dikunjungi oleh wisatawan domestic dan mancanegara.

Jalan Braga Sign
Memang tak banyak yang berubah dari bentuk bangunan di Jalan Braga ini, namun ada beberapa bangunan yang beralih fungsi. Seperti salah satu bangunan yang dulunya merupakan sebuah bar yang beralih fungsi menjadi sebuah kafe. Bahkan sekarang terdapat sebuah mall yang terletak diantara bangunan-bangunan bersejarah Braga. Hal itu memang memiliki dampak positif dan negatifnya.

Tapi memang tak terpungkiri saat kita memasuki Jalan Braga, suasana unik terasa bila di banding daerah lainnya di Kota Bandung. Jalan Braga serasa membawa kita ke tengah perkotaan di Eropa. Banyak pejalan kaki yang berjalan di trotoar dan arsitektur bangunan yang sangat Eropa menambah kesan Eropa nya.

Sekarang di emperan Jalan Braga banyak terdapat penjual lukisan dan sketsa wajah bertebaran. Diantaranya juga terdapat lukisan-lukisan yang berasal dari Jelekong. Hal ini bagi sebagian orang memang mengganggu keindahan kota. Namun di sisi lain, hal ini justru memperindah Jalan Braga dengan lukisan-lukisan yang penuh warna. Bahkan tak jarang, beberapa wisatawan mancanegara ingin wajahnya di lukis dan di gambar pada seniman-seniman jalanan Braga.

Penjual Lukisan di emperan Jalan Braga
Courtesy : Eki-Qushey Akhwan
Turis Mancanegara sedang dilukis oleh seniman Braga
Courtesy : KOMPAS
Ngomong-ngomong soal seniman jalanan di Jalan Braga, bukan hanya pelukis saja yang ada di Jalan Braga tapi banyak pengamen yang tentunya beda dengan pengamen lain di Kota Bandung. Contohnya pengamen Kecapi yang membawakan lagu pop yang hits. Selain itu, ada pantomim yang lumayan menghibur pejalan kaki di Jalan Braga.

Pengamen Kecapi
Pantomim Jalan Braga
Beberapa kali Jalan Braga pernah dibebaskan dari kendaraan bermotor, dan hanya pejalan kaki, becak dan sepeda saja yang bisa lewat Jalan Braga ini. Tapi hal itu malah membuat kemacetan parah di sekitar Jalan Braga, yang akhirnya kendaraan bermotor pun kembali diizinkan untuk lewat di Jalan Braga.

Jalan Braga Tanpa Kendaraan Bermotor
Courtesy : www.devantART.com
Tapi setiap satu tahun sekali di Jalan Braga selalu diselenggarakan satu event yang bertajuk Braga Festival. Selama satu festival ini berlangsung kendaraan bermotor tidak bisa lewat ke Jalan Braga, karena semua badan Jalan Braga digunakan oleh warga Kota Bandung dan wisatawan untuk berpesta pora dan menyaksikan berbagai pergelaran seni dan budaya baik tradisional maupun modern.

Suasana Braga Festival 2009
Kontroversi juga pernah terjadi antara Budayawan dan Sejarahwan Kota Bandung dengan pemerintah Kota Bandung ketika pihak pemerintah membongkar pasang jalan batu yang menggantikan jalan aspal yang seringkali rusak.  Saat itu jalan aspal yang sering rusak digantikan oleh jalan batu andesit oleh Pemkot Bandung, sayangnya jalan batu tersebut seringkali mengalami kerusakan. Terpaksa Pemkot Bandung pun harus membongkar dan memperbaiki jalan tersebut, sehingga menimbulkan kemacetan dan mengurangi keindahan Jalan Braga. Hal serupa juga dikeluhkan oleh pengusaha di sekitar Jalan Braga, tapi semua itu di tanggapi positif oleh Pemkot Bandung. Akhirnya, Jalan Braga pun selesai diperbaiki dengan tetap mempertahankan jalan batu andesit dengan tujuan menambah kesan Eropa nya.
Perbaikan Jalan Braga
Jalan Braga dengan Jalan Batuan Andesit